Ini Penjelasan Manajemen PT TBS Soal Tudingan Banjir dan Pencemaran Lingkungan
BOMBANA – Manajemen PT Tambang Bumi Sulawesi (TBS) yang beroperasi di Desa Pu’ununu Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana, angkat bicara terkait pencemaran lingkungan di pemberitaan dibeberapa media akhir-akhir ini.
Menurut Nindra, dari pihak PT TBS mengatakan, bahwa sampai hari ini sungai Watalara yang menjadi obyek pemberitaan belum pernah terjadi banjir ataupun pencemaran yang bisa merusak biota laut, dan foto yang beredar dalam pemberitaan merupakan foto dua tahun lalu.
“Itu bukan banjir, tapi keruh akibat tingginya curah hujan. Foto banjir di rumah warga itu di ambil dua tahun lalu, dan saat kegiatan penambangan kami sedang berhenti,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, kalaupun terjadi banjir, aktivitas pertambangan bukan satu-satunya penyebabnya, melainkan ada faktor lain yang tentunya diluar kendali manusia.
“Kalau kita berbicara banjir, dari dulu sebelum ada penambangan di Pulau Kabaena, setiap hujan deras pasti air sungai dan muara kali pasti keruh airnya. Sekarang ini karena tingginya curah hujan sehingga mengakibatkan air keruh di Sungai Watalara, bukan banjir,” tutur Nindra kepada media ini, Selasa, 14 Januari 2024.
Ia juga menyebutkan bahwa tingginya curah hujan tidak hanya membuat keruh sungai Watalara, tapi terjadi juga disebagian pesisir pantai wilayah desa Pu,ununu dan Desa Pongkalaero.
”Keruhnya air tidak hanya terjadi diwilayah IUP kami, tapi terjadi juga dipesisir IUP lain”, kata Nindra.
Selain itu, pihaknya berkomitmen menerapkan kaidah pertambangan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembuatan Check Dump dan Sparing Baku Mutu Air pihak TBS sudah buat dan adakan. Khususnya sparing itu dipantau langsung oleh KLHK krn sistem online.
Ia juga meminta kepada semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan isu-isu negatif yang berseliweran yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Dan sampai saat ini, Keadaan air sungai dan air laut di wilayah IUP kami Jernih.
Terpisah, Kepala Desa Pu,ununu Laode Syamsul Bahri mengungkapkan, jika perubahan warna air di sungai Watalara merupakan hal yang biasa, sebab perubahan warna air tersebut hanya terjadi jika turun hujan berhari – hari.
“Hal yang biasa, karena faktor alam. Karena setelah satu hari kemudian air sudah jernih kembali,” ungkapnya saat dikonfirmasi via telepon selulernya, 14 Januari 2025.
Selain itu, kata dia, warna tanah gunung-gunung di desa Pu,ununu sebagian besar berwarna merah, sehingga menjadi hal yang wajar jika hujan berhari-hari dapat merubah warna air sungai.
“Tanah merah memang di gunung – gunung di atas yang aliran sungai disini. Setiap hujan keras berhari hari pasti begitu airnya, dan sudah terjadi seperti itu jauh sebelum ada tambang disini,” tuturnya.
Ia menambahkan, berdasarkan hasil pengamatannya, aktivitas nelayan diwilayah desa Pu,ununu masih berjalan normal seperti biasanya.
“Saya liat nelayan masih beraktivitas seperti biasa, tidak adaji yang mengeluh terkait keadaan air,” tutupnya.*